Pelajar SMAN 1 Tarutung Berbagi Kasih
TARUTUNG – Pelajar kelas
X SMA Negeri 1 Tarutung, Kabupaten Taput berbagi kasih dengan sejumlah
gelandangan termasuk orang gila di kawasan Tarutung dan Sipoholon, Rabu
(17/4). Mereka membagi-bagikan nasi bungkus.
“Aksi sosial ini sebagai wujud simpati
dan empati kita sesuai program pendidikan Agama Kristen, yakni berbagi
kasih dengan orang-orang yang membutuhkan, sekalipun itu orang gila.
Jadi, apa yang dipelajari itu tidak hanya sekedar kegiatan seremonial
saja,” kata Agnes T Purba, Guru Agama siswa Kelas X SMAN 1 Tarutung.
Katanya, kegiatan itu merupakan mata
pelajaran Agama Kristen untuk kelas X guna mendongkrak rasa saling kasih
mengasihi dengan konsep yang sederhana yang masuk dalam penentuan nilai
praktek.
“Kegiatan ini masuk dalam program mata
pelajaran pendidikan agama materi kebersamaan dengan orang lain dan
masuk daftar nilai praktek,” ucapnya. Selain itu, mereka juga melakukan
kunjungan kasih bakti sosial ke Panti Karya Hephata, Kecamatan Laguboti,
Kabupaten Toba Samosir dan kunjungan kasih ke Rumah Sakit Tarutung.
“Bakti sosial ini bukan hanya memberi
makan siang orang gila saja, tetapi kami juga melakukan kunjungan kasih
ke Panti Karya Hepata dan RSU Tarutung untuk mengunjungi pasien yang
berasal dari Jamkesda,” terangnya.
Ditanya sumber dana kegiatan tersebut,
Agnes mengatakan, diperoleh dari kegiatan bazar dan hasil penjualan
barang bekas (botot) yang dilakukan para pelajar. “Dana untuk kegiatan
ini didapat dari kerja sama pelajar yang melakukan kegiatan bazar di
sekolah dan hasil penjualan barang bekas jauh hari sebelumnya,” sebutnya
tanpa merinci berapa besaran dana tersebut.
Disela-sela kegiatan, sejumlah pelajar
SMA Negeri 1 mengaku senang aksi yang mereka lakukan. Sebab, mampu
berbagi kasih dengan orang lain. Mereka juga mengaku tidak merasa
terbebani dengan kegiatan tersebut.
“Kita senang ada materi pelajaran seperti
ini, sehingga kita bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain. Selain
itu, kita juga memahami makna kasih itu seperti apa, meski berbeda
latar belakang,” ujar Dayana Lumbantobing (15) dan Frandio Lumbantobing
(15).
Menurut mereka, materi pelajaran tersebut
mengajari bagaimana kebersamaan mampu mengikat persaudaraan meski
berbeda latar belakang, tapi tetap satu tanpa ada perbedaan. (cr-01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar